Menganyam Pandan, Merekat Tradisi, Membentangkan Budaya, Membangun Kehidupan. #Tikar PLastik, Tikar Pandan.Kalian Duduk Dimana?#

DIVERSIFIKASI PRODUK WARNAI SEJARAH PERKEMBANGAN ANYAMAN PANDAN PANINGGAHAN DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI

Sumber Gambar:
Majalah MERPATI Archipelago Inflight Magazine
Edisi: Februari 2012
Menyadari berbagai kekuatan yang dapat menggeser atau bahkan mematikan potensi  kerajinan anyaman pandan ditengah masyarakat pendukungnya di Paninggahan. Melihat kenyataan itu pada tahun 1988 Perintah Daerah Kabupaten Solok melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Paninggahan menyelenggarakan program pelatihan diversifikasi produk anyaman pandan. Diversifikasi produk merupakan salah satu upaya mengembangkan dan melestarikan budaya bangsa. Selain memiliki nilai budaya, seni terlebih lagi nilai ekonomi, aktivitas menganyam ternyata juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan mandiri hingga terorganisir. Dengan demikian jenis pekerjaan ini mampu meminimal angka pengangguran dan menambah pendapatan masyarakat.
Di tahun 1988, pemerintah Kabupaten Solok melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangannya memfasilitasi masyarakat mempelajari dan mendalami seluk beluk diversifikasi produk anyaman pandan ke Tasik Malaya Jawa Barat. Sosok yang diberi kesempatan itu adaalh Misnawati Mukhtar. Misnawati Mukhtar diberi kesempatan dengan pertimbangan bahwa diantara sejumlah peserta pelatihan diversifikasi lokal Misnawati Mukhtar dinilai memiliki daya inovasi dari hasil pelatihan yang dilaksanakan selama pelatihan dalam waktu singkat ditingkat lokal itu. Lebih dari mempelajari dan mendalami seluk beluk bentuk diversifikasi produk anyaman pandan, Misnawati Mukhtar diharapkan dapat menjadi fasilitator didaerahnya kelak.
Tasik Malaya menajdi pilihan, karena diversifikasi kerajinan anyaman pandan disana sudah berkembang jauh lebih baik dan maju. Kerajinan anyaman pandan didaerah ini sudah beraneka ragam, mampu dirubah keberbagai bentuk barang kebutuhan dan souvernir. Sementara di Paninggahan masih monoton, hanya tikar  dominan bernilai ekonomi. Seperti apa yang diwarisi dari satu generasi ke generasi tidak jauh berubah dalam soal motif. Kecuali perubahan pemakaian warna dari pewarna dari bahan alami ke pewarna buatan.
Sementara Tasik Malaya variasi-variasi motif, keanekaragaman produk, pemasaran yang lebih luas, modal yang digunakan pengrajin sudah beragam karena dapat dukungan berbagai pihak untuk mempertahan dan mengembangkan kerajinan yang bernilai dalam banyak hal. Inilah kekuatan kerajinan anyaman pandan Tasik Malaya yang telah teroganisir.
Dua minggu waktu yang belum cukup bagi Misnawati Mukhtar untuk menguasai secara utuh model pengembangan diversifikasi produk anyaman pandan seperti halnya Tasik Malaya. Akar budaya dan potensi masing-masing daerah tentu akan mempengaruhi penerapan model diversifikasi seperti apa yang bisa diterima konsumen. Kepergian pada kali pertama itu telah menumbuhkan semangat dan memblatkan tekat Misnawati untuk menguasai lebih jauh soal diversifikasi produk anyaman pandan. Hatinya kian yakin bahwa anyaman pandan Paninggahan bisa bernilai lebih kalau dikembang tepat sasaran sesuai selera pasar dan konsumen. Oleh karena itu itu, Misnawati pada kesempatan kedua secara mandiri melanjutkan belajar selama satu minggu pengembangan produk anyaman pandan ke Tasik Malaya.[16]
Pembinaan terus diintensifkan dalam upaya meningkatkan mutu dan kwalitas produk anyaman pandan Paninggahan. Apalagi diversifikasi merupakan formula baru bagi sejarah perkembangan anyaman pandan Paninggahan. Pada tahun 1993 pemerintah Kabupaten Solok melanjutkan pembinaan dengan membentuk kelompok-kelompok pengrajin. Enam kelompok pengrajin terbentuk yang tersebar di Nagari Paninggahan dalam Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok adalah: diantaranya kelompok Perdana, Mutiara, UPPKA, Janur Kuning, Dahlia di Kecamtan Junjung Sirih. Sementara dua kelompok pengrajin Melati dan Mawar berada di daerah Muaro Pingai.[2]
Agar lebih teroganisir, tahun 1995 dibentuk ‘Asosiasi Pandan Serumpun’ sebagai induk organisasi kelompok pengrajin.Kelompok-kelompok pengrajin melebur kedalam asosiasi ini. ‘Asosiasi Pandan Serumpun’ menjadi sarana dan wadah komunikasi untuk saling bertukar informasi antar sesama kelompok pengarajin dan dengan berbagai instansi pemerintah atau swasta yang memberikan dukungan dan motivasi.
Dengan tekat dan dukungan dari berbagai pihak, sentuhan diversifikasi, akhirnya menghantarkan kerajinan anyaman pada babak perkembangan dalam wajah yang berbeda tanpa mengkensampingkan keberadaan tradisi lama. Hasilnya, kerajinan anyaman pandan Paninggahan menjadi salah satu produk kerajinan unggulan di Kabupaten Solok bahkan Sumatera Barat.[3] Pasarnya terbukti melampau batas negara hingga ke Eropa. Keunggulan-keunggulan dari segi teknis barangkali dapat diserap pengrajin daerah lain. Namun varietas pandan yang tumbuh didukung habitat lingkungan, tempat tumbuh pandan di Paninggahan yang lebih baik.  
  Seperti apa dan bagaimana proses anyaman pandan Paninggahan mencapai diversifikasi?  Lalu siapa dan  bagaimana perjalanannya hingga bisa mengakat anyaman pandan Paninggahan yang mulai redup ? Untuk mendapatkan jawabab itu semua ada baiknya pembaca, pemerhati dan pecinta produk anyaman pandan mengikuti bagian tulisan yang mengupas sosok, usaha dan perannya dalam mendiversifikasi anyaman pandan Paninggaham di Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok Sumatera Barat Indonesia.


[1]Wawancara dengan Misnawati Mukhtar, pada tanggal 4 Agustus 2003, di Jorong Gando Nagari Paninggahan. Lihat juga., Jumadi., Misnawati Mengubah Daun Pandan Menjadi Bernilai Ekonomi Tinggi. (Tabloid Limbago Nusantara, Edisi Perdana, Padang, 1996). Hlm. 25
[2]Suhafni Duski., Profile Beberapa Kelompok Industri Rumahtangga Di Paninggahan dan Saning Bakar, Kecamatan X Koto Singkarak. (Pemerintah Kabupaten Solok Pro-RLK Sektor Perindustrian Bappeda Kabupaten Solok, 1995). Tanpa nomor halaman.
[3]Wawancara dengan A. Rusmi, pada tanggal 5 Agustus, di Solok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your comments and feedback here. Thank you